Kisah Masuk Islamnya Seorang Dokter Amerika Karena Satu Ayat Al-Qur'an

Kisah Masuk Islamnya Seorang Dokter Amerika Karena Satu Ayat Al-Qur'an

Beberapa tahun yang lalu, seorang teman bercerita kepadaku tentang kisah masuknya seorang
dokter Amerika ke dalam Islam. Dari apa yang kuingat dari kisah yang indah ini adalah : Kisah ini
terjadi pada salah satu rumah sakit di Amerika Serikat.
Di rumah sakit tersebut, seorang dokter muslim bekerja dengan keilmuan yang sangat baik,
sehingga memberi pengaruh besar untuk mengenal beberapa dokter Amerika. Dan dia, dengan
kemampuan tersebut mengundang decak kagum mereka. Diantara para dokter Amerika ini, dia
mempunyai satu teman akrab yaitu orang yang memiliki kisah ini. Mereka berdua selalu bertemu dan
keduanya bekerja pada bagian persalinan.
Pada suatu malam, di rumah sakit tersebut terjadi dua peristiwa persalinan secara bersamaan.
Setelah kedua wanita itu melahirkan, dua bayi tersebut tercampur dan tidak ada yang mengetahui
masing-masing pemilik kedua bayi yang berjenis kelamin laki-laki dan perempuan itu. Kerancuan ini
terjadi disebabkan kecerobohan perawat yang seharusnya dia menulis nama ibu pada gelang yang
diletakkan di tangan kedua bayi tersebut. Dan ketika kedua dokter tersebut tahu bahwa mereka
berada dalam kebingungan; Siapakah ibu bayi laki-laki dan siapakah ibu bayi perempuan, maka
dokter Amerika berkata kepada dokter Muslim,
"Engkau mengatakan bahwasanya Al-Qur?an telah menjelaskan segala sesuatu dan engkau
mengatakan bahwasanya Al-Qur?an itu mencakup semua permasalahan-permasalahan apapun.
Maka tunjukkanlah kepadaku cara mengetahui siapa ibu dari masing-masing bayi ini..!!"
Dokter Muslim itupun menjawab,
"Ya, Al-Qur?an telah menerangkan segala sesuatu dan akan aku buktikan kepadamu tentang hal itu.
Biarkan kami mendiagnosa ASI kedua ibu dan kami akan menemukan jalan keluar."
Setelah nampak hasil diagnosa, dengan sangat percaya diri dokter muslim itu memberitahu
temannya si dokter Amerika, siapakah ibu sebenarnya dari masing-masing bayi tersebut...!!!! Dokter
Amerika itupun terheran-heran dan bertanya, "Bagaimana kamu tahu?"
Dokter Muslim menajwab
"Sesungguhnya hasil yang nampak menunjukkan bahwasanya kadar banyaknya ASI pada payudara
ibu si bayi laki-laki dua kali lipat kandungannya dibanding ibu si bayi perempuan. Perbandingan
kadar garam dan vitamin pada ASI si ibu bayi laki-laki itu juga dua kali lipat dibanding ibu si bayi
perempuan."
Kemudian dokter muslim tersebut membacakan ayat Al-Qur?an yang dia jadikan dasar argumen dari
jalan keluar itu,
"Bagi laki-laki seperti bagian dua perempuan." (QS. An-Nisa:11)
Dan setelah mendengarkan dokter Amerika itu arti ayat tersebut, dia jadi bengong, dan dia
menyatakan keislamannya secara spontan tanpa ragu-ragu. Subhanallah, Maha Suci Allah Robb
semesta alam. (Qiblati).

 

Umar bin Abdul Aziz dan Lilin Negara



Umar bin Abdul Aziz dan Lilin Negara

Siapa yang tak kenal Umar bin Abdul Aziz. Sosok pemimpin adil, arif, lagi berilmu. Banyak kisah
teladan yang beliau tinggalkan untuk para peniti kebenaran. Inilah kisah ringkasnya.
Suatu hari datanglah seorang utusan dari salah satu daerah kepada beliau. Utusan itu sampai di
depan pintu Umar bin Abdul Aziz dalam keadaan malam menjelang. Setelah mengetuk pintu
seorang penjaga menyambutnya. Utusan itu pun mengatakan, ?Beritahu Amirul Mukminin bahwa
yang datang adalah utusan gubernurnya.? Penjaga itu masuk untuk memberitahu Umar yang hampir
saja berangkat tidur. Umar pun duduk dan berkata, ?Ijinkan dia masuk.?
Utusan itu masuk, dan Umar memerintahkan untuk menyalakan lilin yang besar. Umar bertanya
kepada utusan tersebut tentang keadaan penduduk kota, dan kaum muslimin di sana, bagaimana
perilaku gubernur, bagaimana harga-harga, bagaimana dengan anak-anak, orang-orang muhajirin
dan anshar, para ibnu sabil, orang-orang miskin. Apakah hak mereka sudah ditunaikan?Apakah ada
yang mengadukan?
Utusan itu pun menyampaikan segala yang diketahuinya tentang kota kepada Umar bin Abdul aziz.
Tak ada sesuatu pun yang disembunyikannya.
Semua pertanyaan Umar dijawab lengkap oleh utusan itu. Ketika Semua pertanyaan Umar telah
selesai dijawab semua, utusan itu balik bertanya kepada Umar.
?Ya Amirul Mukminin, bagaimana keadaanmu, dirimu, dan badanmu? Bagaimana keluargamu,
seluruh pegawai dan orang-orang yang menjadi tanggung jawabmu? Umar pun kemudian dengan
serta merta meniup lilin tersebut dan berkata, ?Wahai pelayan, nyalakan lampunya!? Lalu
dinyalakannlah sebuah lampu kecil yang hampir-hampir tidak bisa menerangi ruangan karena
cahayanya yang teramat kecil.
Umar melanjutkan perkataanya, ?Sekarang bertanyalah apa yang kamu inginkan." Utusan itu
bertanya tentang keadaannya. Umar memberitahukan tentang keadaan dirinya, anak-anaknya, istri,
dan keluarganya.
Rupanya utusan itu sangat tertarik dengan perbuatan yang telah dilakukan oleh Umar, mematikan
lilin. Dia bertanya, ?Ya Amirul Mukminin, aku melihatmu melakukan sesuatu yang belum pernah
Anda lakukan." Umar menimpali, ?Apa itu??
"Engkau mematikan lilin ketika aku menanyakan tentang keadaanmu dan keluargamu.?
Umar berkata, ?Wahai hamba Allah, lilin yang kumatikan itu adalah harta Allah, harta kaum
muslimin. Ketika aku bertanya kepadamu tentang urusan mereka maka lilin itu dinyalakan demi
kemaslahatan mereka. Begitu kamu memmebelokkan pembicaraan tentang keluarga dan
keadaanku, maka aku pun mematikan lilin milik kaum muslimin."
Subhanallah, benar-benar mengagumkan! Segitu besar kesungguhan Umar dalam menjaga harta
kaum muslimin, berbeda dengan mayoritas penguasa yang kita saksikan. (Sirah Umar bin abdul
Aziz, Ibnul hakam hal. 155-156) Majalah Elfata.
 

RIWAYAT ABDUL RAHMAN BIN ‘ AUF

RIWAYAT ABDUL RAHMAN BIN ‘ AUF R.A.ZUHU


Abdullah Bin Auf R.A. adalah salah seorang daripada lapan orang sahabat yang mula-mula memeluk agama Islam dan dijanjkan syurga oleh Rasulullah S.A.W.Beliau dilahirkan di Mekah pada tahun 580 Masihi,iaitu sepuluh tahun lebih muda daripada Rasulullah S.A.W.Namanya sebelum memeluk agama Islam ialah Abdu ‘ Amru .Setelah memeluk agama Islam Rasulullah memberi nama Abdul Rahman Bin ‘ Auf.Beliau adalah antara golongan sahabat yang berhijrah ke Habsyah dan Madinah untuk menegakkan Islam .Beliau merupakan pejuang Islam yang banyak menempuh halangan,rintangan dan pahit getir untuk menegakkan perjuangan Islam bersama Rasulullah S.A.W. Berkat ketaqwaan ,keimanan yang jitu dan disertai semangat jihad yang tinggi,beliau berjaya memberi sumbangan yang besar kepada Islam.Beliau terkenal di kalangan sahabat dan termaktub dalam tinta sejarah sebagai seorang dermawan Islam yang unggul.Beliau seorang ahli korporat yang berjaya dan kekeyaan yang diperolehinya digunakan untuk membantu mempertingkatkan perjuangan Islam.Pada tahun 31 Hijrah ,beliau kembali ke hadrat Allah S.W.T. ketika berusia 74 tahun.Kesimpulannya Abdul Rahman R.A. seorang hartawan Islam yang perlu dicontohi oleh ahli-ahli korporat zaman ini.Walaupun beliau seorang yang kaya-raya tetapi kekayaannya tidak menghanyutkannya dalam arus kehidupan dunia.Peribadinya tetap utuh dalam mengimbangi keperluan hidup di dunia dan akhirat.
 

Salahudin dan Islam

 Kecintaan Salahuddin kepada Islam  

Peperangan Hittin telah menyerlahkan kecintaan Salahuddin kepada Islam. Stanley Lane-Poole menulis bahawa Salahuddin berkhemah di medan peperangan semasa peperanggan Hittin. Pada satu ketika setelah  khemahnya didirikan diperintahkannya tawanan perang dibawa ke hadapannya. Maka dibawalah Raja Palestin dan Reginald dari Chatillon masuk ke khemahnya.  Dipersilakan sang Raja duduk di dekatnya.  
Kemudian ia bangun pergi ke hadapan Reginald lalu berkata, "Dua kali aku telah bersumpah untuk membunuhnya. Pertama ketika ia bersumpah akan melanggar dua kota suci dan kedua ketika ia menyerang jamaah haji. Ketahuilah aku akan menuntut bela Muhammad saw atasnya". Lalu ia menghunuskan pedangnya dan memenggal kepala Reginald. Mayatnya kemudian dibawa keluar oleh pengawal dari khemah.  
Raja Palestin apabila melihat adiknya dipancung, ia mengeletar kerana menyangka gilirannya akan tiba. Tetapi Salahuddin menjamin tidak akan mengapa-apakannya sambil berkata, "Bukanlah kelaziman seorang raja membunuh raja yang lain, tetapi orang itu telah melanggar segala batas- batas, jadi terjadilah apa yang telah terjadi".  
Tindakan Salahuddin adalah disebabkan kebiadaban Reginald kepada Islam dan Nabi Muhammad saw. Bahauddin bin Shaddad, penasihat kepercayaan  Salahuddin mencatatkan bila jamaah haji dari Palestin diserang dicederakan tanpa belas kasihan oleh Reginald, di antara tawanannya merayu supaya mereka dikasihani. Tetapi Reginald dengan angkuhnya mengatakan, "Mintalah kepada Nabi kamu, Muhammad, untuk menyelematkan kamu". Ketika ia mendengar berita ini ia telah berjanji akan membunuh Reginald dengan  tangannya sendiri apabila ia dapat menangkapnya
 

Benjamin Keldani pengarang Menguak Misteri Muhammad SAW

BIOGRAFI BENJAMIN KELDANI 

Setelah masuk Islam, David Benjamin Keldani mengganti namanya menjadi Abdul Ahad Dawud. Dia adalah mantan pendeta katolik Roma dari sekte Uniate-Khaldean. Ia lahir pada 1867 di Urmia, Persia. Ia mengenyam pendidikan sejak kecil dikota itu. Dari 1886-1889 (3 tahun) ia menjadi staf pengajar Arbischop of Canterbury's Mission untuk Assyrian (Nestorian) Christians di Urmia.
Pada 1892, ia diutus oleh Kardinal Vaughan ke Roma. Disana ia mempelajari filsafat dan teologi pada Propaganda Fide College, dan pada tahun 1895 dinobatkan sebagai pendeta. Pada tahun 1892 ia menulis serangkaian artikel di The Tablet tentang “Assyria, Romawi, dan Canterbury”; dan juga pada Irish Record tentang “keotentikan Pentateuch”-Pentateuch adalah lima kitab perjanjian lama yang terdiri atas Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan, dan Ulangan- . Ia mempunyai beberapa terjemahan Ave Maria dalam bahasa berbeda-beda yang diterbitkan di Illustrated Catholic Missions.
Ketika berada di Istanbul – dalam perjalanannya ke Persia pada 1895 – ia menulis serangkaian artikel panjang tentang “Gereja-Gereja Timur” dalam bahasa Inggris dan Perancis di surat kabar harian yang terbit disana dengan nama The Levant Herald. Pada tahun 1895, ia bergabung dengan French Lazarist Mission di Urmia, dan terbit untuk pertama kali dalam sejarah misi itu sebuah majalah berkala dalam bahasa Syria yang bernama Qala-la-Syara (Suara Kebenaran).
Pada 1867 ia diutus oleh dua uskup besar Uniate-Khaldean dari Urmia dan Salmas untuk mewakili Katolik Timur pada Kongres Ekaristi yang diselenggarakan di Paray-le-monial, Perancis, dibawah pimpinan Kardinal Perraud –tentu saja ini adalah undangan resmi. Makalah yang dibacakan di kongres oleh “Bapa Benjamin” disiarkan dalan Tawarikh Kongres Ekaristik tahun lalu, yang disebut “Le Pellerin”. Dalam makalah ini, Khaldean Arch-Priest (begitu gelar resminya) menyesalkan sistem pendidikan Katholik dikalangan Nestorian, dan meramalkan kemunculan yang sudah dekat dari pendeta Rusia di Urmia.
Pada tahun 1888, Bapak Benjamin kembali lagi ke Persia. Di kampung halamannya, Digala, sekitar 1 mil dari kota, ia membuka sekolah gratis.
Tahun berikutnya ia dikirim oleh otoritas Gereja untuk memimpin Keuskupan Salmas, dimana konflik yang tajam dan berbau skandal antara Uskup Besar Uniate, Khudabash, dan para Bapa Lazarist yang sudah berlangsung lama telah mengancam terjadinya perpecahan.
Pada tahun 1900, Bapak Benjamin menyampaikan khotbah terakhirnya dan patut dikenang dihadapan banyak sekali jemaat, termasuk orang Armenia yang non-Katholik dan lain-lainnya, didalam Katedral Khorovabad St. George, Salmas. Pokok bahasan sang pengkhotbah adalah “Abad Baru dan Manusia Baru”. Ia mengingatkan kepada fakta bahwa misionaris Nestorian, sebelum munculnya Islam, telah mengabarkan ajaran-ajaran Yesus (injil) diseluruh Asia; Bahwa mereka memiliki banyak lembaga di India (khususnya pantai Malabar), di Tartar, Cina, dan Mongolia; dan bahwa mereka menerjemahkan kitab Injil kedalam bahasa Turki, Uighur, dan bahasa-bahasa lainnya; Bahwa misi-misi Katholik, Amerika, dan Anglikan, meskipun mereka
telah melakukan sedikit kebaikan untuk bangsa Assyro-Khaldean melalui pendidikan dasar, telah memcah bangsa itu –sudah sedikit- di Persia, Kurdistan, dan Mesopotamia menjadi banyak sekali sekte yang bermusuhan; dan bahwa upaya-upaya mereka ditakdirkan untuk menyebabkan keruntuhan yang terakhir. Konsekuensinya, ia menganjurkan kepada orang-orang pribumi untuk melakukan pengorbanan agar dapat berdiri diatas kaki sendiri sebagai manusia sejati, dan tidak tergantung pada misi-misi asing, dan sebagainya.
Pada prinsipnya pendeta itu 100% benar, tetapi ucapan-ucapannya menyinggung para misionaris. Khotbah ini segera mendatangkan Delegasi Apostolik, Mgr. Lesne dari Urmia ke Salmas. Ia tetap menjadi teman yang terakhir bagi Bapa Benjamin. Mereka berdua kembali ke Urmia. Sebuah misi Rusia baru sudah diadakan di Urmia sejak 1899. Kaum Nestorian dengan antusias memeluk agama Tsar untuk seluruh Rusia!
Lima misi yang besar dan angkuh (Amerika, Anglikan, Perancis, Jerman, dan Rusia) disertai universitas-universitas mereka, pers yang didukung oleh kalangan agamawan yang kaya, para konsul dan duta besar, berusaha keras mengajak sekitar 100.000 orang Assyro-Khaldean untuk pindah dari Bid'ah Nestorian ke salah satu dari lima bid'ah itu. Tetapi misi Rusia segera melampui misi-misi lainnya, dan misi inilah pada tahun 1915 mendorong bangsa Assyria dari Persia dan juga suku-suku pegunungan Kurdistan, yang kemudian pindah ke Salmas dan Urmia, untuk angkat senjata melawan pemerintah mereka masing-masing. Hasilnya adalah separuh pengikutnya lenyap dan sisanya terusir dari kampung halaman mereka.
Pertanyaan besar yang sudah lama berkecamuk dalam benak pendeta ini sekarang mendekati klimaksnya: Apakah agama Kristen, dengan banyak sekali bentuk dan warnanya, dan dengan naskah-naskah sucinya yang tidak otentik, palsu, dan menyimpang, adalah agama Tuhan yang sejati?
Pada musim panas tahun 1900 ia pensiun dan tinggal di villa mungilnya ditengah-tengah kebun anggur dekat air mancur Challi Boulaghi yang terkenal di Digala, dan disana selama sebulan ia habiskan waktunya untuk sembahyang dan meditasi, membaca berulang-ulang naskah-naskah suci dalam teks-teks aslinya. Krisis pun berakhir dengan pengunduran resmi yang dikirimkan ke Uskup Agung Uniate, Urmia, dimana ia secara terbuka menjelaskan kepada Mar (Mgr.) Touma Audu mengenai alasan-alasan dia melepaskan fungsi kependetaannya. Segala upaya yang dilakukan oleh otoritas kependetaan untuk membatalkan keputusannya sia-sia belaka. Tidak ada perselisihan atau permusuhan pribadi antara Bapa Benjamin dan para atasannya; semua itu hanya masalah kesadaran.
Selama beberapa bulan Mr. Dawud – begitulah panggilannya sekarang – dipekerjakan di Tibriz sebagai inspektur di Kantor Pos dan Bea Cukai Persia dibawah para ahli Belgia. Kemudian ia ditugaskan sebagai guru dan penerjemah Putera Mahkota Muhammad Ali Mirza.
Pada tahun 1903, sekali lagi ia mengunjungi Inggris dan disana ia bergabung dengan komunitas Unitarian. Pada tahun 1904 ia dikirim oleh British and Foreign Unitarian Association untuk menangani masalah pendidikan dan penerangan ditengah masyarakat desanya. Dalam perjalanan menuju Persia ia mengunjungi Istanbul; dan setelah mengadakan beberapa wawancara dengan syeikh Islam yang bernama Jamaluddin Effendi dan beberapa ulama lainnya, ia memeluk agama Islam

 

Islam dan Tokohnya di Jawa

Islam dalam perkembangannya memiliki tokoh- tokoh yang luar biasa pula yang ada di seluruh dunia, namun kita kali ini akan membahas sedikit dari tokoh- tokoh penyebar Islam Indonesia yang luar biasa dakwahnya
 1. Ali Ma'shum (1915-1989)


Rois Am 1980-1984

Lahir di Lasem sebagai putra Kiai Ma'shum yang terkenal itu. Belajar delapan tahun di pesantren Tremas (Pacitan, Jawa Timur) dan kembali ke Lasem untuk mengajar. Menikah dengan putri Kiai Munawwir dari Krapyak, Yogyakarta, seorang teman ayahnya. Kemudian menghabiskan waktu dua tahun di Mekkah (1938-40). Ketika bapak mertuanya meningal pada 1942, Kiai Ali diminta menggantikannya sebagai pimpinan pesantren. Dia mengembangkannya menjadi sebuah pesantren sangat terkenal di Jawa.

Keterlibatan aktif Kiai Ali di NU dimulai agak terlambat dan tetap sangat bersahaja. Pada akhir l96O-an, dia menjadi ketua Syuriyah cabang Yogyakarta, posisi yang hampir tidak dapat dito- laknya karena dia secara umum diakui sebagai ulama yang paling berilmu di wilayah tersebut. Walaupm dia tetap menghindar agar tidak menjadi pusat perhatian, pada sekitar 1980 dia menjadi salah seorang ulama senior yang paling dihormati dan, karena sama sekali tidak berambisi, menjadi figur kompromi yang ideal untuk menggantikan Kiai Bisri Syansuri sebagai Rois Aam pada 1982. Setelab berhenti menjabat Rois Aam pada 1984, dia kembali berusaha sedapat mungkin agar tidak menonjolkan diri. Penyelenggaraan Muktamar NU ke-28 di pesantrennya merupakan sebuah tanda penghormatan yang diberikan kemudian. Beberapa minggu setelah muktamar, dia meninggal dunia.

2. Achmad Siddiq (1926-1991)


Rois Am 1984-1991

Lahir di Jember, putra Kiai Siddiq, dan adik Kiai Machfoedz Siddiq (yang memegang berbagai jabatan penting di NU dan menjadi ketua umum sejak 1937 s.d 1942). Pernah menjadi sekretaris pribadi Wahid Hasjim saat yang terakhir ini menjabat sebagai Menteri Agama (1949-52). Selama beberapa tahun (1955-57, kemudian 1971) dia menjadi anggota parlemen, pada tahun ber- selang dan tahun-tahun berikutnya membina karier di Departemen Agama, yang berakhir dengan jabatan sebagai Kepala Kanwil Depag Jawa Timur. Dia bergabung dalam faksi yang sangat anti-komunis di dalam NU dan secara terbuka menentang Demokrasi Terpimpin; pada 1965 dia muncul sebagai koordinator tertinggi para kiai anti-komunis di Jawa Timur. Setelah lama menjabat sebagai pengurus Syuriyah NU, pada 1984 dia akhirnya terpilih sebagai Rois Aam dan terpilih kembali pada 1989.

3. Achmad Sjaichu




Lahir di Surabaya pada 1921. Mendapatkan pendidikan di sekolah dasar (Tashwirul Afkar) dan pesantren. Setelah ayahnya meninggal, ibunya menikah lagi dengan Kiai Wahab Chasbullah. Sebagai anak tiri pendiri NU, dia sangat banyak mendapatkan kemudahan dalam kariernya kemudian. Pada 1950 dia terpilih menjadi anggota dewan kota Surabaya, pada 1955 menjadi anggota parlemen nasional sebagai wakil NU Jawa Timur. Memimpin kelompok NU di parlemen selama 1958-60, dia terpilih menjadi wakil ketua parlemen dari 1963 s.d. 1966. Dipilih kembali menjadi anggota parlemen dalam pemilu 1971.

Pertama kali menjadi pengurus Tanfidziyah PBNU pada 1957, dan dari 1977 s.d. 1979 menjabat sebagai ketua. Setelah tidak terpilih kembali pada muktamar 1979, dia menarik diri dari NU dan beralih ke aktifitas-aktifitas dakwah, melalui sebuah organisasi baru, Ittihadul Muballighin, yang didirikannya pada 1978 dan sejak saat itu dia menjadi ketuanya. Dari semua politisi NU, tidak diragukan lagi, Sjaichu adalah orang yang banyak mempunyai kontak internasional di dunia Muslim. Dia lama menjabat sebagai semacam birokrat internasional. Dialah yang mengambil prakarsa mengorganisir Konferensi Islam Asia-Afrika, yang akhirnya diselenggarakan pada 1965. Dia juga menjadi presiden Organisasi Islam Asia-Afirika yang lahir pada konferensi tersebut dan terus berlanjut hingga 1973. Sejak saat itu dia tetap aktif dalam Rabithah al-'Alam al-Islami (Liga Dunia Islam) dan Dewan Tertinggi Mesjid Dunia, di Mekkah.

4. Ali Yafie







    Lahir di Donggala, Sulawesi Tengah, pada 1928. Pendidikan pertamanya adalah sekolah dasar umum, yang dilanjutkan dengan pendidikan madrasah di Sulawesi Selatan (di Madrasah As'adiyah yang terkenal di Singkang). Spesialisasinya adalah fiqh dan dikenal luas sebagai seorang ahli yang canggih dalam bidang ini, bacaannya lebih luas daripada yang lain. Dia mengabdikan diri sebagai ha- kim di pengadilan agama Ujung Pandang sejak 1959 sampai 1962, kemudian inspektorat pengadilan agama Indonesia Timur (1962-65).
    Sejak 1965 hingga 1971 dia menjadi dekan di fakultas Ushuluddin IAIN Ujung Pandang, dan aktif di NU tingkat propinsi. Dia mulai aktif di tingkat nasional pada 1971. Pada muktamar NU 1971 di Surabaya dia terpilih menjadi Rois Syuriyah, dan setelah pemilu diangkat menjadi anggota DPR. Dia tetap menjadi anggota DPR sampai 1987, ketika Naro, tidak lagi memasukkannya dalam daftar calon. Sejak itu dia mengajar di berbagai lembaga pendidikan tinggi Islam di Jakarta, dan semakin aktif di Majelis Ulama Indonesia (MUI). Pada muktamar NU di semarang (1979) dan Situbondo (1984), dia terpilih kembali sehagai Rois, dan di muktamar Krapyak (1989) sebagai wakil Rois Aam. Setelah Kiai Achmad Siddiq meninggal dunia pada 1991 dia bertindak sebagai Rois Aam. tetapi setelah terlibat konflik dengan Abdurrahman Wahid dia menarik diri dari PBNU.


    5. As'ad Syamsul Arifin (1897-1990)



    Lahir di Mekkah. dari keluarga Madura asal Pamekasan yang mengaku keturunan bangsawan sekaligus ulama. Sekembalinya ke Madura, ayahnya, Kiai Syamsul Arifin mendirikan sebuah pesantren kecil di Kembang Kuning, Pamekasan, dan beberapa tahun kemudian juga mendirikan sebuab pesantren yang lebih besar di Situbondo, di bagian ujung timur pulau Jawa yang pada saat itu belum dibuka. As`ad sendiri dkirim belajar kepada Kiai Kholil Bangkalan dan Kiai Hasjim Asi'ari di Tebuireng, dan kemudian belajar lagi ke Mekkah. Mulai mengajar di pesantren ayahnya di Situbondo pada 1924, dan menggantikannya ketika sang ayah meninggal dunia pada 1951.

    Terkenal sebagai guru pencak silat dan, terutama, ilmu kesaktian. Pesantrennya berkembang pesat, dan pada 1980-an merupakan salah satu yang terbesar di Jawa, yang menawarkan bukan hanya pendidikan tingkat menengah tetapi bahkan pendidikan tinggi Islam. Kiai As'ad tidak pernah memegang jabatan formal dalam kepengurusan NU (kecuali sebagai mustasyar, sejak 1984 hingga 1989). Namun. seiring dengan usianya yang semakin sepuh, pengaruhnya di kalangan ulama lain pun semakin bertambah, karena dia termasuk di antara sedikit murid Kiai Kholil Bangkalan dan Kiai Hasjim Asj'ari yang masih hidup.

    Sekitar 1980-an dia menganggap dirinya, dan dianggap orang lain, sebagai pemuka ulama Madura. Wibawanya di kalangan pendudukan Madura sedemikian besar sehingga para pejabat tinggi pemerintah merasa perlu berhubungan dekat dengannya. Namun, wibawanya bukan tidak pernah tergoyahkan. Dalam sebuah konflik antara Kiai As'ad dan tarekat Tijaniyyah (yang mengalami perkembangan pesat) yang berlangasung sengit hampir sepanjang 1980-an, Kiai As'ad gagal keluar sebagai pemenang. Dia menderita kekalahan terbesarnya pada muktamar NU 1989, yang menunjukkan bahwa dirinya sudah tak terpakai lagi.

    dan lain- lain, mungkin hanya ini yang baru bisa dijelaskan, lain waktu akan dijelaskan lagi lebih banyak dan juga lebih mendalam pembahasannya